Senin, 17 September 2012

Rasa Nyaman

Kau selalu saja memelukku seperti itu. Pelukan yang begitu hangat dan lekat. Membiarkanku nyaman dan merasa aman saat dipelukmu seperti itu. Rasa nyaman yang diberikan itu begitu cepat menjalar keseluruh tubuh. Berawal dari sentuhan antara kulitku dan kulitmu, sampai mataku terpejam dengan sendirinya dan senyuman yang terbentuk dari wajahku saat nyaman itu sampai kekepalaku. Mengatur dan bahkan meriset ulang keraguan dan ketakutan diotakku, seolah memerintahkanku untuk 'rasakanlah kenyamanannya'.

Dan kau kemudian menaruh tanganmu dirambutku, mengelusnya dari puncak kepalaku sampai keujung rambutku dan tidak melakukan sebaliknya. Tidak seperti saat kau mengacak-ngacak rambutku saat gemas melihat kelakuan bodohku. Aku semakin tak mau melepas pelukan itu. Kau mengecup keningku berkali-kali. Aku, untuk sekali lagi berada dalam momen itu, momen dimana kau mengguncang duniaku. Aku hanya bisa terdiam. Pelukan yang kau berikan menjelaskan segalanya untukku. Saat itu juga, aku berjanji pada diriku sendiri yang bahkan aku tak tahu bisa aku tepati atau tidak. Demi Tuhan, aku akan berusaha untuk membuatnya bahagia.

Disaat seperti ini, kau tidak banyak berkata seperti kau biasanya. Satu kalimat yang selalu kuingat saat kau memelukku seperti itu adalah "Aku sayang kamu". Kalimat itu hampir selalu keluar dari mulut-tweety mu. Mengguncang duniaku, entah sudah berapa ribuan kali kau mengatakan itu. Aku, hingga saat ini masih tetap kikuk dan--- entahlah, rasanya masih sama seperti pertama kali aku mendengar itu dari bibirmu. Aku yang sedaritadi memejamkan mata dengan menempelkan kepalaku didadamu, mencoba untuk membuka kedua mataku. Mencoba merealisasikan itu hal yang nyata. Kulihat wajahmu, tersenyum. Sempurna. Senyummu  dapat membuatku tersenyum juga. Hhhh--- pandangan matamu, bodoh seperti minta dikasihani dan berkata hal yang sama seperti yang aku rasakan, 'nyaman'. Matamu layaknya berkata kepadaku "Kumohon, jangan lepaskan ini dulu. Aku masih ingin merasakan kenyamanan ini. Aku menyayangimu. Sungguh".

Aku masih menatap wajahnya, mengagumi ciptaan Tuhan yang satu ini. Tak banyak memang kelebihannya, sama sepertiku, aku makhluk yang banyak kekurangannya. Tapi, melihatnya merupakan suatu keindahan yang selalu aku syukuri. Melihatnya tersenyum adalah bahagia bagiku. Bahkan hanya membayangi senyumannya, sudah dapat mewarnai hariku. Aku, bahkan mungkin yang pertama kali merasakan dia bermasalah, karena aku dapat merasakan itu darinya. Semua itu, semua tentangnya seperti terhubung denganku. Semua ini berlebihan? Aku bahkan sudah tau jawabannya sebelum menanyakan hal itu kepada diriku sendiri. Tapi, siapa peduli? Aku tak peduli. Aku bahagia bersama dirinya. Selama aku merasa dia pantas aku pertahankan, akan kupertahankan. Aku tak mau kehilangan 'rasa itu', lalu mencoba mencari 'rasa itu' pada lelaki lain. Aku pikir tak akan sama.

Entah sudah berapa lama aku menatap wajahnya. Hanya hitungan detik, tapi terasa begitu lama. Semua bergejolak dalam diriku. Akhirnya, kalimat itupun keluar dari bibirku, membalas pernyataan darinya. "Aku juga sayang kamu".